Pengalaman Seorang Anak Kecil Yang Bertemu Pengarang-Pengarang Besar


Boleh dibilang menulis adalah hobiku. Bukan sekedar hobi, menulis juga membantuku dalam masalah ekonomi dan lebih dari itu membuatku bahagia. Menulis itu tanpa ambisi, sama seperti belajar menulis, tetapi lewat hati. Jika anda menulis dan belajar menulis dengan hati, niscaya ilmu anda akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

Belajar menulis itu perlu. Jika ditanya dengan siapa belajar menulis, banyak modelnya. Bisa belajar dari internet, seminar, buku, jurnal ilmiah, atau dengan guru. Kalau saya memanfaatkan kombinasi dari semua itu, dan betapa beruntungnya saya bisa belajar dengan penulis-penulis hebat. Alhamdulillah nama-nama itu adalah mas Boim Lebon (penulis Lupus kecil dan penulis cerpen), Om Yusrizal Kw (Redaktur Padang Ekspress sekaligus guru saya di Sanggar Pelangi dulu), Bang Andrea Hirata (penulis tetralogi Laskar Pelangi dan dwilogi Padang Bulan), Mbak Naning Pranoto (penulis buku Telaga Inspirasi Menulis Fiksi), Pak Nirwan Dewanto (redaktur sastra Koran TEMPO, dan penulis antologi puisi Buli-Buli Lima Kaki), Bang Ahmad Fuadi (penulis trilogi Negeri 5 Menara) dan masih banyak lagi kakak-kakak dan teman-teman yang mengajari saya menulis seperti Kak Ria Febrina, Kak Maghriza Novita Syahti, Bang Dodi Prananda, Denada Florencia Leona, dan orang-orang yang menyebut saya teman.

Baiklah 80% saya bisa mengikuti semua itu adalah karena ikut seminar. Kebanyakan free payment, atau kadang acaranya memang terbuka untuk umum. Seperti contohnya hari ini, mari kita sharing untuk menceritakan apa yang telah terjadi di hari Minggu ini. Let’s check this out!

Pagi hari itu semua berjalan seperti biasanya. Matahari merambatkan sinarnya, ibu-ibu berangkat ke pasar, dan saya berangkat les. Hari itu saya sudah tahu bahwa Ahmad Fuadi akan datang ke Padang, maka dari itu saya sangat ingin mengikuti Talk Show-nya yang katanya diadakan di TB Gramedia. Jam 08.30 saya berangkat dari rumah, dan kira-kira 30 menit kemudian saya sudah sampai di sana. Belum ada siapa-siapa, Gramedia masih sepi, tapi sudah ada beberapa orang yang berbelanja dan mendaftarkan diri untuk ikut Casting Film Negeri 5 Menara. Di sana saya mendapat informasi bahwa casting dimulai pukul 11.00 dan talk show dimulai pukul 15.00. Karena terlalu lama, saya memutuskan untuk les dulu dan kembali lagi jam 13.00.

Nah di tempat les ini saya bertemu dengan Miss X (tidak mau disebutkan namanya) yang katanya juga ingin ikut talk show tersebut. Anehnya pada hari itu kami sangat stress. Misalnya saja saya, sudah H-4 ujian semester, dan tiba-tiba saya sangat bosan untuk belajar. Apapun mata pelajarannya, meski sudah berulang kali membaca, saya merasa mumet dan tidak mau melanjutkan. Bahkan ketika sudah istirahat juga begitu, tetap tak ada niat untuk belajar, pikiran tak fokus dan menerawang, dan tubuh mudah lelah.

Oh baiklah, aku pergi dengan Miss X ke gramedia. Sebelumnya kami makan siang dulu, dank arena saya lagi bokek, Miss X membeli hot dog yang kami bagi dua. Hahaha, kami seperti anak kos yang kehabisan uang di tengah jalan. Akhirnya kami jalan ke gramedia, dan menemukan bahwa casting sedang dilaksanakan. Untuk mengisi waktu, kebetulan saat itu masih sekitar jam 2, kami membaca buku dan duduk di kursi resepsionis. Dan tiba-tiba Miss X bertanya-tanya pada Mbak yang ada di kasir tentang casting itu. Kebetulan saya yang masih pusing lebih memilih membaca (saya membaca buku Tour Kematian dan Seluk Beluk Kematian, miris sekali ya). Tiba-tiba pula Miss X meminjam buku Negeri 5 Menara yang saya bawa. Ya sudah, saya suruh saja ambil di tempat penitipan barang.

Sekembalinya Miss X dari lantai satu, dia langsung mengambil formulir pendaftaran casting dan mengisinya. Hahaha, dia ingin ikut casting itu. Saya tidak menyangka! Baiklah saya meletakkan buku aneh yang saya baca itu dan menemani dia menunggu di ruang casting lantai 3. Miss X jadi sibuk beradegan seperti Sarah (dalam novel Negeri 5 Menara), sibuk memperagakan gaya Sarah, meniru gayanya dalam berdialog, dll. Tapi kebanyakan adalah tertawa, ya dia sendiri tertawa melihat aktingnya, dan saya juga. Sementara itu suara kami agak besar di sana karena kami paling gugup, saya juga disuruh Miss X untuk ikut casting tapi saya menolak, saya tak mau bikin malu. Dan saya risih karena ada seseorang yang memperhatikan gerak gerik saya, hahaha. Mungkin dia lucu melihat ekspresi kami.

Dan tiba-tiba saja saya mendengar suara dari lantai bawah. Ternyata talk show dengan Ahmad Fuadi sudah dimulai. Wah, saya langsung menarik Miss X untuk ke bawah. Tanpa memperhatikan nomor lot casting, kami langsung turun ke bawah dan memperhatikan Ahmad Fuadi. Tentu saja kami senang, bulan Februari saya membaca novelnya, dan di Bulan Mei saya bertemu penulisnya. What an amazing day!

Karena terlalu ramai, kami cuma bisa menyaksikan dari samping, itupun berdesakan. Beruntungnya saya karena bisa bertanya (Haha, mungkin karena mbak yang jadi moderator itu adalah mbak yang ngobrol dengan kami di meja kasir tadi), Mbak moderator itu langsung menunjukku untuk pertanyaan kedua. Saya langsung bertanya, “Assalamualaikum, nama saya Irma Garnesia, saya ingin bertanya kepada Uda Ahmad Fuadi, jika kita sedang mentok saat belajar, apa yang harus kita lakukan?”

Dia langsung menjawabnya. Ringkasnya dia mengatakan bahwa mencoba belajar itu sangat baik, meskipun harus mentok. Dan hal pertama yang harus dilakukan adalah menyadari kementokkan itu. Selanjutnya baru mengatasinya. Cara mengatasinya adalah beralih ke hobi lain, misalnya main musik, menulis, dsb. Cara kedua adalah datangi rumah sakit malas (baca novel Ranah 3 Warna), dan yang ketiga adalah mencari pesaing. Tetapi lebih dari itu, dia mengapresiasi karena saya mau belajar, dan orang yang tidak belajar tidak akan pernah merasa mentok dalam proses belajarnya.

Selanjutnya, Bang Ahmad Fuadi membahas tentang proses menulis. Sebelum menulis, kita harus menjawab pertanyaan ini, “Why I am writing?” Kita harus tahu apa tujuan kita dalam menulis, dengan begini stamina akan lebih kuat, menurut Bang Fuadi sendiri, beliau menulis adalah untuk ibadah. Barulah kita menulis, dan yang kedua, “What I am writing?” Tentunya kita harus tahu apa yang akan kita tulis, dan yang pasti tulislah sesuatu yang kita kenali dan kita suka. Ketiga, menulislah dengan konsisten. Kalau Bang Fuadi sendiri biasanya menulis setelah selesai sholat Shubuh, biasanya satu halaman per hari. Dan yang terakhir, bacalah banyak buku.

Terakhir tentunya sesi foto-foto dan tanda tangan. Setelah antri dan mendapat tanda tangan, aku dan Miss X juga antri lagi. Hahahaha, kami ingin sharing dan bertanya tentang banyak hal. Aku sendiri bertanya tentang cara menerbitkan buku, dan akhirnya kami berfoto lagi. Sungguh cara yang cerdik.

Yang jelas, itu adalah hari yang indah, karena aku merasa lebih baik hari itu. Pelajaran moral yang kudapat adalah mendapat petuah secara langsung dari penulis buku bahkan lebih kuat sugestinya ketimbang hanya membaca bukunya.

Terakhir aku bertemu guruku, Om Yusrizal KW, dan teman-teman inioke.com. Mereka pasti tak akan ketinggalan berita semenarik itu. Setelah bersalaman dan ngobrol, aku dan Miss X memutuskan untuk pulang, dan betapa sialnya karena kartu penitipan barang yang kami punya hilang, dan kami harus berurusan dulu dengan security. But, it still be the amazing day.

0 comments:

Posting Komentar

Copyright 2009 Aqueous Humor. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy