Perjalanan Sebuah Puisi Menuju Hatimu


Percaya bahwa puisi bisa berjalan? Tidak. Puisi itu begitu gaib, sehingga tiba-tiba ia sudah mencekikmu. Tapi seperti apapun arti yang kamu berikan pada sebuah puisi, maka saat itulah dia ada di hatimu.

Sebenarnya puisi itu ada karena kita mau mendekatinya. Banyak orang tak sadar bahwa puisi telah sangat dekat dengannya, tapi sayang tak dimanfaatkan. Coba tebak, siapa yang tak pernah suka puisi? No one. Kalau dalam ujian saya jug tak suka puisi, hehe.

Sebenarnya ada cerita menarik tentang saya, Fiona Ramadhanti, Ardanesia, Bunga Dwi Wulandari, dan tak tertinggal : Puisi. Let’s check this out.

Entah kenapa sore itu signal WIFi masuk ke laptop saya—pas lagi iseng mainin laptop di teras rumah. Agak aneh juga, dan tiba-tiba si Fio ngajak chat, kebetulan hari itu H-2 ujian semester. Ini cuplikan chatnya yang agak ngawur.
f : "dibalik kamar sepi ini, ak menangis melihat buku ku yang masih kelihatan rapi dan bersih. ck"

i : "buku say :
"lalu tak adakah kamu hendak memilih aku, melihat aku, menjamah aku? padahal aku sangat ingin balas mencintaimu"
seperti hujan2 saat pulang sekolah dulu"

 f : "semua itu siasia, rasanya memang takdir kita untuk tidak brsama, ku lihat dikau lksana api yg membara seakan" ak akan terbakar olehnya.."

 i : "api ini untuk menghangatkanmu sayang
dari hujan salju di luar
sebab di luar begitu gigil
membikin bibir kelu dan tulang menjadi remuk
takkah kau memelukku?
biar kusiram kau dengan hangatnya tubuhku"

 f  : "sudah brpa kali kau melakukannya, tetap saja aku merasa begitu..
aku ingin kau prgi dri hdupku, namun aku takut .
aaah, uda deh kak. ck"

i : "baiklah kalau begitu
dan kupaki barang-barang
selama bertahun-tahun tak muat di kepalamu
selamat tinggal sayangku
semoga kau cepat melupakan semua tentangku"

f : "waaaa. hahaha
jngan gtu dong."

Kalau Fio tak saya ragukan lagi kenapa dia suka puisi, sebenarnya latar belakang dia kan juga dari seni. Bagaimana dengan yang satu ini?

Ceritanya waktu itu di sekolah ada pembagian bunga karena hari itu ada peringatan hari pendidikan. Suasananya agak romantis gitu karena kita bagiin bunga ke guru-guru. Agak gila juga karena saya berakting ‘nembak Santi Duliem Fauziah’, namanya juga idiot. Nah, bunga yang sama saya kan saya kasih ke Mhicya. Si Bunga Dwi Wulandari juga minta bunga saya. Gini percakapannya :
 I : (Nyanyi nggak jelas sama Santi)
B : (mendekat), kak Bunga minta bunga dong.
I : (nggak ngeh)

Dia terus aja ngomong, sebenernya waktu itu saya nggak nyadar kalau nama dia itu Bunga, dan yang saya pegang itu juga Bunga, hadoh! Tapi pas di lantai tiga baru nyambung :
B : Kak, kasih Bunga bunga dong
I : (nggak ngeh juga)
B : (Mendekat)
I : (Baru nyambung), harusnya kamu yang aku kasih ke orang lain sebagai hadiah, kan kamu bunga.
B : (ketawa), sastra banget.

Dia juga ngulangin kalimat paling memuakkan, “Ngomong sama kak Irma ningkatin kualitas sastra.” Sebenernya sastra begituan mah lumrah, makanya kalau nanti saya jadi sastrawan, saya mau jadi sastrawan yang ilmiah. Kan latar belakangnya dari IPA, harus dimanfaatin dong. Minimal kayak Andrea Hirata deh, sastrawan ilmiah.

Yang ketiga, si Nesya, sesepuh dari SD. Nggak nyangka ternyata pengaruh sastra bisa ada sama dia. Jadi gini ceritanya, malam itu saya lagi nggak ada kerjaan. Dan sayapun ngesms dia.
I : apa ya? yang jelas kamu itu seperti pelampiasan ceritaku yang aneh2
N : Oh jadi aku cuma pelampiasan. Oh teganya u,u
I : T___T yaudah aku janji gak akan ngomong yang aneh-aneh lagi
N : Aku ga nyangka aku cuma di jadikan sebagai pelampiasan hikks #drama
I : bukankah kamu menikmatinya?
N : Ya, cerita-cerita ‘tidak biasa’mu selalu menemani perjalanan kita berdua ke sekolah
I : ya, dan bagaimanakah ketika 3 hari ini kamu tidak mendengar ceritaku, tidakkan kamu merindukannya?
N : ya, aku rindu. 3 hari ini aku berjalan ke sekolah sendirian. kecuali saat hari pertama, aku bersama kak santi (tunggu-tunggu, kenapa si santi mulu sih?) dan apakah kamu juga merindukanku, kak? haha
I : oh…pelampiasanku, tentu saja.. setiap berjalan aku selalu menoleh ke belakang, berharap tiba-tiba kamu muncul..dan tiap melewati gang rumahmu itu, tak hanya aku, bahkan angkot kuning itu juga menunggumu #hahahahah
N : hahahaha. Numpang ngakak dulu. begitupun aku. aku berharap di angkot tabing yang aku tumpangi, ada dirimu duduk di sana. ah tapi ternyata, setiap pagi aku hanya bertemu beberapa orang anak SMA 2. Oh, aku tidak mengira angkot kuning pun sampai menungguku. aku terharu. #brb nangis di pojokan.
I : ah…setiap haripun aku berharap agar terlambat, biar bisa ketemu kamu..ah tapi aku memendam saja hal yang ingin aku ceritakan. #hahahha, udah deh dek…ngakak banget ini
N : Haha iya udah tu, jarang-jarang aku puitis.

Eh..tunggu dulu, ini kok kayak lesbian ya? Wah amit-amit deh. Tapi emang beneran, puisi itu bisa merasuki seseorang. Bukan kerasukan ya! That’s all. Dan kenapa gaya penulisan ini kembali ke-SD? Sebenarnya saya nggak tahu mau nulis apa lagi, tiba-tiba plung! Buntu! 

0 comments:

Posting Komentar

Copyright 2009 Aqueous Humor. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy