Hal-hal yang bisa dilakukan Sehari-hari Saat KKN Tanpa Internet




Hal-hal yang bisa dilakukan Sehari-hari Saat KKN Tanpa Internet

  1.  Membaca rasi bintang 
  2.  Berdebat apa warna langit
  3. Pergi ke warung terdekat, membeli makanan ringan, dan melakukan nomor 1
  4. Atau combo 1, 2, dan 3
  5. Tidur
  6. Bangun
  7. Tidur lagi
  8. Bershower dan meratapi nasib (karena di desa tak ada shower bisa diganti dengan mandi di bawah  pancuran)
  9. Sambil mendengar lagu The Script
  10. Mempelajari permainan baru (remi, uno, domino, dll)
  11. Jika kamu telah memainkan semua jenis permainan yang kamu ketahui, buatlah permainan baru.
  12. Asal jangan main perempuan
  13. Ramal jodoh dari remi atau domino
  14. Jika ternyata dia bukan jodohmu, silakan melakukan nomor 8 dan 9
  15. Hunting foto 
  16. Hunting pacar bagi yang jomblo 
  17.  Jika gagal, bisa melakukan nomor 8 dan 9 
  18. Membangun candi
  19. Memikirkan bagaimana cara menciptakan perdamaian dunia
  20. Mempelajari hal-hal baru seperti terbang, meramal, atau merekrut anggota Avengers yang baru
  21. Rajin ke pengajian, karena banyak makanan di pengajian
  22. Membantu petani panen di sawah dengan harapan dapat membawa pulang sekarung padi
  23. Menggemburkan sawah
  24. Menanam palawija
  25. Membantu petani di ladang
  26. Tunggu....sepertinya tiga poin di atas ada di buku Bahasa Indonesia SD -___-
  27. Membuka foto-foto lama dan menelusuri kenangan yang tersimpan di dalamnya
  28. Atau membaca chat history....sampai bego
  29. Membuat meme dari muka lugu teman-temanmu
  30. Atau dari muka kepala desa
  31. Atau muka LPPM
  32. Asal jangan ketahuan (nanti nilai KKN nya E++)
  33. Bermain gitar di siskamling
  34. Asal jangan dini hari
  35. Ditambah lagu lingsir wengi 
  36.  Menonton film, tapi jangan film yang tersimpan di folder yang di-hidden bersama file-file lain yang tabu dibicarakan di ruang publik ini (you know what).
  37. Bersama  teman-teman KKN ke alfamart  naik pick up 
  38. Ke mall naik pick up 
  39.  Menelpon gojek dan minta diantar ke alfamart (jauuuh) *kan ga ada internet*
  40. Silaturrahmi ke rumah ibu-ibu PKK di jam makan siang
  41. Atau makan malam
  42. Mendongakan kepala. Secara kalo ada internet di gadget, bikin kepala kita sering menunduk.
  43. Membuat daftar "Hal-hal yang bisa dilakukan Sehari-hari Saat KKN Tanpa Internet" saat magang dan mempost nya menggunakan internet kantor


Bukan rahasia umum lagi jika Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah penempatan mahasiswa di daerah-daerah yang jauh dari kota, keramaian, dan juga akses internet. Pengalaman saya saat KKN Januari lalu, di sebuah desa bernama Linggamulya, Tasikmalaya, Jawa Barat, internet adalah hal yang tabu bagi kami. Jika mau internetan harus keluar rumah dulu atau ke tempat-tempat yang kuat signalnya.

Tapi ada untungnya juga internet di KKN susah, ya namanya kita kan berinteraksi dan belajar dari masyarakat. Supaya kita gak fokus ke HP melulu, supaya gak dikira sombong karena punya gadget mahal, dan interaksi dengan warga lancar.

Nah selamat KKN ya buat Anak Unand yang KKN-nya udah jalan beberapa hari dan anak Unpad yang KKN habis lebaran. Selamat KP buat anak ITB dan selamat jobtre buat sebagian anak Unpad.

*salim*
*irmaout*
Read More … Hal-hal yang bisa dilakukan Sehari-hari Saat KKN Tanpa Internet

Menafsirkan Kebahagiaan




Saya ndak pandai menafsirkan kebahagiaan, mungkin Anda juga. Sebelumnya, sebagai orang Minang, saya akan menggunakan kata ‘ndak’ ketimbang ‘tidak.’ Betapa hal-hal sederhana seringkali membuat kita bersedih, tidak bahagia. Betapa banyak kekurangan saya selama ini membuat saya ndak pandai menikmati hidup. Betapa seringnya mengeluh, acap kali merasa kelelahan, hingga kita lupa seperti apa rasanya bahagia.

Anggaplah kita tak punya kekasih lalu merasa bersedih. Anggaplah cinta ditolak, bertepuk sebelah tangan, terpendam, beda agama, dan sebagainya, menjadi penghalang kita untuk bahagia. Kita punya kekurangan, pendek, gemuk, hitam, tak cantik, tak tampan, dan kita enggan merasa bahagia. Kita tak pintar, tak pede, punya suara cempreng, sensitif, lalu kita benar-benar lupa untuk bahagia.

Padahal masih banyak orang di luar sana ingin menjadi seperti kita. Baju masih punya, rumah masih punya, makan (walaupun sederhana) masih bisa kenyang, sakit Insya Allah jarang. Lalu apa lagi? Sakit dikecewakan biarlah, dijauhi kawan sudah biasa, bertepuk sebelah tangan duhai astaga! Kita tak bisa menjaminkan bahagia kita pada orang lain. Duh apa gunanya punya kekasih tampan, cantik, kaya, dan lain-lain jika jiwa sendiri tak bisa menjaganya. Apa gunanya punya banyak kawan jika hati tak pernah tentram.

Pernah suatu kali saya menanyakan kabar seorang kawan, dan ia menjawab, “Aku sedang menikmati hidup.” Tentram benar mendengarnya. Jauh lebih baik dari jawaban ‘baik.’ Karena seringkali tiap orang akan menjawab kabarnya baik jika ditanya apa kabar, padahal ia sedang sakit hati, patah hati, baru dipecat, baru menangis, baru kemalingan, dan sebagainya. Jadi alangkah bagusnya jika kita punya jawaban lain selain jawaban mainstream tersebut.

Sungguh, untuk apa terlalu memikirkan kejelekan demi kejelekan yang ada. Nikmatilah sekali-kali bau tanah sehabis hujan, kunang-kunang di malam hari, matahari yang baru terbit, bau kopi sebelum diminum, angin semilir, dan masih banyak lagi cara untuk menafsirkan bahagia.

Saya ndak punya resep untuk kebahagiaan Anda. Anda sendiri yang harus menemukannya. Karena betapa saya sering bersedih akan kekurangan-kekurangan saya, segala sesuatu yang belum saya miliki, seringkali membuat saya ndak bersyukur dan lupa caranya bahagia. Betapa saya membuang-buang waktu untuk berpikir, stres, kurang tidur, dan kemudian sakit.

Saya bahagia ketika menuliskan ini hujan tiba, akhirnya hujan bulan juni yang tabah itu. Seperti langit pun ingin berseru, “Akhirnya kamu bisa berdamai dan berbahagia.” Pada akhirnya saya ingin menutup tulisan ini dengan sajak Arti Chopra yang saya comot dari sebuah novel;

betapa tahun-tahun berharga
terbuang percuma mencari bahagia
ke mana-mana
sementara sepanjang masa
bahagia berada di dalam diri kita
serupa sebutir benih terlunta
menanti berbunga


Read More … Menafsirkan Kebahagiaan

Aku Mencintaimu Dengan Sepenuh Fiksi




Kau tak pernah suka puisi dan cintaku yang fiksi. Katamu, kau hanya berpegang pada logika, tak percaya bahasa dan sansekerta. Cinta yang bertolak pada fiksi tak lebih dari bualan semata.

Kau suka memandangi hujan dari balik jendela? Percayalah hujan hanya sebuah fiksi. Laiknya cinta, manusia telah menciptakan berbagai imajinasi tentang hujan. Hujan dikait-kaitkan dengan rindu, dikaitkan dengan kenangan, hujan dikaitkan dengan kasih tak sampai dan takdir untuk tetap sendirian. Kau lebih fiksi dariku, tak tahukah kau?

Cinta hanyalah kumpulan imajinasi yang diolah manusia. Cinta ada dalam kepala manusia. Berbagai bentuk cinta diolah dalam cerita sedih, menyenangkan, cerita-cerita yang membuatmu tertawa atau menangis. Dan aku hanya memberi pijakan atau patokan pada cinta itu, aku menjadikannya puisi.

Suatu hari kau akan sadar, kau tak mampu terus-terusan realistis. Setiap orang membutuhkan drama, kehidupan ini adalah drama. Kita adalah lakon kehidupan dalam sebuah opera sabun. Aku membiarkan diriku terhanyut dalam fiksi-fiksi itu, karena aku tak percaya seseorang bisa melulu realistis tanpa embel-embel drama.

Kau akan percaya puisi dan cintaku yang fiksi. Aku tak pernah bisa bicara banyak, mengeluarkan ratusan kata. Oh syukurlah Tuhan menciptakan puisi. Sehingga aku bisa bercerita dalam beberapa potong kata. Tahukah kau, puisi tak turun begitu saja dari langit? Laiknya perasaan,  tak ada yang hadir begitu saja.


Puisi yang indah diciptakan dengan penuh perasaan. Tak peduli betapa sederhana kata-katanya. Dan suatu hari kau akan paham, aku mencintaimu dengan sepenuh fiksi. 
Read More … Aku Mencintaimu Dengan Sepenuh Fiksi

Diet, Gaya Hidup, dan Media





Inilah Pertanda Anda Butuh Diet

Baiklah, kali ini saya ingin berbagi pengalaman mengenai diet. Sepertinya diet memang lagi hits ya? Tidak hanya perempuan, laki-laki juga mulai mendambakan tubuh ideal. Tempat gym, zumba, atau lapangan lari menjadi semakin ramai. Lari sore, nge-gym, zumba, atau yoga menjadi tren masa kini. Sepatu lari, armband, suplemen diet, diet mayo, diet gula, dan aplikasi running menjadi gaya hidup yang mengisi hari-hari kita.

Terlepas dari konsep diet untuk sehat dan membentuk tubuh ideal, media memiliki campur tangan yang besar dalam membangun kognisi masyarakat mengenai citra tubuh. Dari berbagai tayangan iklan, serial, dan film di televisi, juga berita,  artikel,  dan  iklan  di  media  cetak,  seolah  menyampaikan  pesan  bahwa  yang menarik adalah mereka yang memiliki tubuh ideal; tinggi dan langsing. Dengan memiliki tubuh yang ideal, seseorang bisa memiliki segalanya dan hidup bahagia. Itulah salah satu mitos yang dipercayai oleh masyarakat.

Media Membentuk Pandangan Mengenai Tubuh Ideal

Lantas kini, apakah kita diet untuk sehat atau hanya terbawa oleh opini media? Tanpa kita sadari, kita membentuk pandangan bahwa tubuh ideal itu adalah yang terbaik. Memiliki berat badan ideal dan bentuk tubuh proporsional adalah opini yang sedang digencarkan media. Agar apa? Agar suplemen diet laku di pasaran, agar produk pelangsing mau dibeli orang, agar gym atau zumba menjadi gaya hidup. Sebaiknya itu yang perlu Anda ketahui sebelum memulai diet!

Saya juga melakukan diet. Sejak kuliah di Fikom Unpad menaikkan berat badan saya sebanyak 10 kg! Sebelumnya, saya tidak pernah peduli dengan berat tubuh. Karena saat SMA, aktivitas fisik yang padat membuat makanan yang saya konsumsi sesuai dengan aktivitas yang saya lakukan.

Namun sejak kuliah, gerak fisik yang kurang dan pola makan yang tidak benar karena saya perantau, membuat berat badan saya naik. Berat yang awalnya 50 kg naik menjadi 60 kg. Baru sekitar Juli 2014 lalu saya sadar bahwa berat tubuh saya tidak proporsional. Lebih mudah lelah, sulit gerak, dan tentunya pakaian yang menyempit. Mulai sejak itu, saya melaksanakan hidup sehat. Lari sore, makan yang benar, banyak makan buah dan sayur, dan mengurangi gula. Dalam beberapa bulan, saya berhasil menurunkan 5 kg.

Saya tidak terlalu ambisius untuk menurunkan 5 kg lagi. Karena aktivitas fisik saya memang kurang, paling hanya jalan di kampus dan lari sore. Sebenarnya antara aktivitas fisik dan pola makan kita saling berkaitan. Jika aktivitas fisik Anda banyak dan porsi makan Anda sedikit, Anda bisa kurus. Namun ketika aktivitas fisik Anda sedikit dan tetap makan banyak, berat badan Anda akan terus naik. Itulah yang belum bisa saya kontrol. Tidak masalah, yang penting sehat.

Saya cukup kasihan melihat teman-teman diet dengan tidak benar. Tidak sarapan pagi, makan siang sedikit, dan tidak makan malam, itu bukan diet yang benar. Atau melakukan diet mayo. Diet mayo ini adalah diet dengan tidak mengonsumsi gula atau garam selama 13 hari, sehingga makanan terasa hambar. Jenis makanannya sendiri berupa kentang rebus, daging rebus, atau ayam yang direbus. Tidak ada gula, tidak ada garam, otomatis lemas! Kalian pikir kita tidak butuh energi dari gula atau glukosa? Seorang teman saya benar-benar lemas dan tidak nafsu makan karena diet mayo. Bagaimana mau nafsu jika seluruh makanannya hambar.

Satu Esensi Diet Adalah Menjaga Pola Makan

Biasanya orang-orang yang melakukan diet mayo berat badannya akan turun dengan cepat. Namun setelah diet selesai, berat badan mereka naik lagi. Karena setelah nafsu makan dikebiri, kita akan jadi sangat rakus. Teman saya turun 4 kg saat diet mayo, dan naik 2 kg lagi setelah diet selesai.

Maka saya hanya menyarankan begini. Jika memang Anda ingin diet, lakukanlah diet demi kesehatan. Bukan demi tubuh langsing dan ideal. Olahraga tiga sampai empat kali seminggu, kurangi makan nasi, kurangi makanan berlemak seperti gorengan atau gulai, makan buah yang cukup, dan minum air putih yang banyak. Karena air putih dapat melarutkan lemak dan buah dapat melancarkan pencernaan. Sudah cukup kok, Anda bisa turun 5 kg dalam sebulan atau dua bulan. Yang pasti, kurangi cemilan.

Lari Dapat Membakar Lemak Secara Efektif

Menjaga berat badan itu intinya habit dan balance. Harus seimbang antara gerak tubuh dan porsi makan. Dietlah yang benar, jangan terlalu memforsir tubuh. Jika tidak ingin makan nasi, gantilah dengan karbohidrat lain. Misalnya mengonsumsi oatmeal dan susu di pagi hari, makan siang yang benar, dan sorenya makan buah atau sayur. Itu lebih baik. Bisa pula Anda mengurangi karbohidrat dengan roti atau ubi.


Cintailah tubuh Anda, lakukan diet yang benar. Jangan mudah terpengaruh dengan opini media. Mengurangi berat badan itu perlu waktu dan usaha. Dan yang penting, dietlah untuk kesehatan, bukan karena propaganda media atas tubuh ideal. (*)



Read More … Diet, Gaya Hidup, dan Media

Kembali Menjadi Manusia di Linggamulya



Sekarang aku melihat rahasia pembuatan orang terbaik itu adalah untuk tumbuh di udara terbuka dan untuk makan dan tidur dengan bumi. – Soe Hok Gie


Bersatu dengan alam, itulah yang ingin kukatakan. Beruntung karena kampusku, Universitas Padjadjaran masih mewajibkan mahasiswanya mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN dijadikan beban SKS dan kita patut mensyukurinya. Tidak semua orang berkesempatan menyatu dan berselaras dengan alam, merasakan kemurnian yang tidak kita dapatkan di kota.

Mungkin aku seperti orang norak yang menggilai hal-hal alami. Aku bukan tak pernah mengalami ini sebelumnya, aku hanya suka merasakan sensasi menyatu dengan alam yang kurindukan belakangan ini. Desa Linggamulya di Tasikmalaya akan selalu kurindukan. Kealamian itu adalah hadiah, yang akan hilang bila tak benar-benar dinikmati. Apakah kalian merindukan KKN juga? Biar saja orang-orang menertawaiku. Mereka tidak tahu, hidup di kota bisa mengubah kita.

Meskipun tersiksa karena tidak ada signal, jauh dari fasilitas modern, mall dan mini market, desa menawarkan sesuatu yang dibutuhkan jiwa. Sebuah hal yang alami; udara sejuk, bebas dari polusi, ingar bingar, dan keberisikan. Tak bisa dipungkiri, kota membuat kita menjadi individualis, mengubah kita menjadi orang yang kasar, cemas, dan penuh ketakutan. Sedikit sekali ruang kemanusiaan di sana, sekejap saja di kota, kau akan berubah menjadi manusia yang berbeda.

Banyak hal-hal yang tidak bebas kita ekspresikan di kota macam Jakarta, misalnya. Ia mengambil kebebasan kita, ketenangan yang kita butuhkan. Mengubah cara kita berpikir dan berperilaku. Kota membuat segalanya tergesa-gesa, cepat, dan dinamis. Kita tak lagi dapat menikmati ritme hidup di sana.

Kadang aku berpikir, betapa nikmatnya ketika bangun tidur lalu mencuci muka, menyeduh kopi, dan membaca koran. Tidak seperti sekarang, bangun tidur lalu mengecek segala notifikasi handphone. Membaca linimasa dan kabar di dunia maya. Di desa, hal-hal macam ini tidak bisa dilakukan karena keterbatasan signal. Aku bersyukur akan hal itu, aku merindukan masa sebelum teknologi berkembang. Terlalu lama dengan handphone tidak memanusiakan kita. Membuat kita tidak menikmati sekitar dan tidak bebas ngobrol dengan lawan bicara.

Desa Linggamulya menawarkan hal yang benar-benar baru. Sebut saja panen di sawah, menandur, menangkap belut, berpanas-panas, membajak sawah berlumpur, dll. Aku membebaskan diri dan membiarkan kulit menghitam, merah, dan iritasi. Hujan-hujanan, naik kolbak, bermain di kebun, mencari bambu di hutan, dan mandi di mata air. 

Mata air yang pernah kami kunjungi adalah Cimanggung. Ia merupakan mata air yang menjadi surga bagi pertanian Desa Linggamulya. Mata air ini cukup jauh, tidak dapat ditempuh dengan jalan kaki. Aku bersama teman-teman naik kolbak untuk mencapai sampai di sana. Setelah turun dari kolbak, kami harus melewati sawah, kebon, berbecek-becek, melewati ilalang, dan getah pohon, agar bisa sampai disana. Air yang mengalir di Cimanggung sangat dingin, cocok untuk melepaskan dahaga. Kami merendam kaki hingga membasuh muka di sana. Konon, siapa yang membasuh muka di sana akan mendapat jodoh. Siapa tahu?

Mata Air Cimanggung, Desa Linggamulya

Pengalaman lain yang tidak boleh dilupakan adalah membajak sawah dan panen. Pertama kali masuk ke sawah, kami sempat ragu mencelupkan kaki ke tanah berlumpur tersebut. Namun salah seorang teman kami, Fawzi, mencoba menaiki kerbau dan membantu membajak sawah. Kami  berteriak menyemangati dan kegirangan melihat aksi Fawzi. Ia sangat semangat menaiki kerbau dan membajak sekeliling sawah.

Fawzi Membajak Sawah

Proses Tanam Mundur
Setelah sukses membajak sawah, keesokan harinya kami ikut panen di Geger Hanjuang, salah satu dusun di Linggamulya. Para petani cukup antusias melihat kami membantu panen. Dengan sigap kami memotong padi dengan arit. Kami membagi pekerjaan, ada yang memotong padi, membawa padi ke tempat perontokan, dan ngagebug (merontokkan padi dari tangkainya).

Menyabit Padi Siap Panen
Keringat bercucuran, terik matahari membakar kulit, tangan iritasi, dan lelah. Kami yang belum profesional dengan sembrono memotong seluruh padi yang ada. Padahal beberapa padi belum siap panen. Itulah akibatnya ketika mahasiswa Fikom dan Ekonomi panen, belum ada pengalaman sama sekali. Meskipun menghancurkan panen, kami paham hari itu, menjadi petani bukan sekedar profesi, tapi juga merawat padi dengan penuh kesabaran.

Tidak hanya menjadi bolang di mata air dan sawah, kami juga pernah menangkap belut, mengikat padi yang lepas, ikut pengajian warga, mengajar di SD, membantu bidan di puskesmas, atau membantu industri moring dan kerupuk. Kami senang melakukan hal-hal tersebut. Penduduk desa juga antusias melihat kami turut serta membantu pekerjaan mereka. Otomatis rumah KKN yang kecil itu selalu ramai oleh anak kecil yang bermain, ibu-ibu yang membawakan makanan, atau karang taruna yang sekedar mengobrol.
Aku akan selalu merindukan masa-masa KKN itu. Tak dapat dipungkiri, teman-teman dan masyarakat desa merupakan bagian dari proses pendewasaanku. Banyak hal baru yang kupelajari, salah satunya adalah menyelaraskan diri dengan alam.

Namun, waktu yang benar-benar kita nikmati itu sangat cepat berlalu. Entah mengapa hal-hal yang indah begitu cepat menghilang. Rasanya sedih ketika kembali ke kota dan kembali menjadi diri yang dulu, sebelum KKN. Tidak ada lagi panen di sawah, bermain di mata air, menangkap belut, jalan-jalan sore, atau pengajian di masjid. Boleh jadi aku tak akan mengalami suasana seperti ini lagi. Tapi aku sangat berterima kasih karena pernah belajar di desa itu. Desa yang menjadi inspirasi bagi tulisan ini, desa yang membuatku kembali menjadi manusia. (*)

Anggota KKNM Linggamulya 2015



Irma Garnesia
Manajemen Komunikasi,
Fikom Unpad Bandung


Read More … Kembali Menjadi Manusia di Linggamulya
Copyright 2009 Aqueous Humor. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy